Pengaruh Penggunaan Original Character (OC) Dalam Komunikasi Media Sosial di Komunitas Pecinta Jejepangan
Tuesday, November 22, 2016 | 7:07 PM | 0 letters
Pengaruh
Penggunaan Original Character (OC) Dalam Komunikasi Media Sosial di Komunitas
Pecinta Jejepangan
Oleh : Amiira
Alva Salsabiella
Universitas
Brawijaya
amiiraalva.salsabiella@gmail.com
Abstrak: Original Character atau biasa
disingkat OC adalah tokoh yang diciptakan sesuai dengan keinginan pembuatnya
demi memenuhi keinginan dan tipe ideal pembuatnya. OC dibuat sebagai sebuah
bentuk topeng perlindungan bagi penggunanya. OC tidaklah harus masuk akal
ataupun sesuai dengan realita. Maka dari itulah ada kepuasan dan kesenangan
yang didapat dari menggunakan OC. Fenomena penggunaan OC ini marak di kalangan
komunitas pecinta budaya modern Jepang yang ada di media sosial. Adanya OC bisa
menambah kepercayaan diri penggunanya karena OC akan selalu lebih indah dari
kenyataannya. Namun hal ini bisa berdampak buruk berupa ketergantungan dan
ketidak beranian untuk menjadi dirinya sendiri.
Kata Kunci: Original
Character, Media Sosial, Perlindungan, Keinginan, Kepercayaan diri, Komunitas
dunia maya
Latar Belakang
Manusia
cenderung akan lebih jujur apabila diberikan suatu “topeng” sebagai bentuk dari
pertahanan diri. Topeng inilah yang memberi mereka sebuah ilusi rasa aman
sehingga mereka berani menjadi diri sendiri.
Di era
globalisasi seperti sekarang ini, manusia modern menghabiskan begitu banyak
waktu tiap harinya untuk menunjukkan eksistensinya lewat media sosial. Media sosial tidak lagi hanya digunakan untuk berkomunikasi
namun juga untuk membangun jati diri yang mereka inginkan. Dari sinilah
muncul banyak fenomena menarik seputar macam-macam cara membangun jati diri
lewat cara komunikasi sehari-hari di media sosial.
Salah satu
komunitas besar dunia maya yang ada di Indonesia adalah mereka yang menyukai
budaya modern jepang seperti komik, anime, lagu-lagu dan juga game-game Jepang. Dari sinilah muncul sebuah fenomena di mana orang-orang
pecinta jejepangan ini menggunakan persona buatan mereka sendiri atau sering
disebut sebagai OC (original character)
sebagai topeng mereka saat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari di sosial
media.
Sehubungan
dengan hal ini, William, Rice, Rogers (1998) mengartikan keinteraktifan di
dunia maya sebagai berikut:
Tindakan di mana pada proses komunikasi para partisipan memiliki
kendali terhadap peran, dan dapat bertukar peran, dalam dialog mutual mereka.
Masing-masing pendekatan tentang keinteraktifan ini penting sekali. Dan, ketika
kita mulai berfikir tentang internet, kedua jenis makna itu bisa sama-sama
terjadi. Pengguna dapat berinteraksi dengan sebuah komputer dengan mengunakan
program-program yang tersedia. Tetapi mereka berinteraksi dengan orang lain
melalui ruang chatting atau saling mengirim surel.
Maka
OC ini dianggap penting untuk berkomunikasi karena mereka mendapat kepuasan
dalam menggunakan dan mengendalikan OC ini sesuka hati mereka. Mereka dapat dengan bebas membuat berbagai macam
jati diri dan jalan cerita yang mereka inginkan tanpa terikat pada realita
sesungguhnya.
Berdasarkan
uraian singkat di atas, maka artikel ilmiah ini perlu ditulis untuk memaparkan alasan pembuatan dan penggunaan OC, mendeskripsikan kaitan
antara karakteristik OC dan jati diri pembuat sekaligus penggunanya dan juga menjelaskan
pengaruh penggunaan OC pada aktivitas komunikasi online sosial media pembuat
sekaligus penggunanya. Dengan demikian, artikel
ilmiah non-penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Original Character (OC)
Dalam Komunikasi Media Sosial di Komunitas Pecinta Jejepangan perlu ditulis dan
dibahas lebih lanjut.
Media sosial dalam kehidupan sehari-hari
Seperti yang
telah disebutkan di latar belakang, adalah sebuah fakta bahwa manusia modern
menghabiskan banyak waktunya membangun eksistensinya di media sosial. Hal ini
berawal dari perkembangan teknologi yang semakin lama semakin canggih. Salah
satu perkembangan yang membawa dampak besar tentu saja adalah internet. Dengan
adanya internet ini, komunikasi menjadi sesuatu yang jauh lebih mudah dan
cepat. Orang tak lagi harus menunggu lama hanya untuk sekedar bertukar salam.
Pesan yang dikirim langsung sampai ke tujuan dalam hitungan detik, tak perlu
lagi menunggu berhari-hari seperti halnya jika kita masih menggunakan pos.
Andreas Kaplan
dan Michael Haenlein mendifinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi
Web 2.0, dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Berbagai website
dan aplikasi pun mulai bermunculan untuk membuat proses komunikasi ini semakin
mudah, menyenangkan dan bervariatif. Para developer web mulai berlomba-lomba
menciptakan site yang berbeda dari yang lain, namun menarik untuk digunakan.
Sebut saja Facebook, Twitter, Path,
Instagram dan masih banyak lagi site-site lain dengan ciri khas dan
keunggulannya masing-masing. Bukan hanya sekedar tulisan, namun media-media
sosial ini juga memberikan berbagai fitur seperti foto, lagu, video, hingga livestream. Bukan hanya sekedar bertukar
pesan lewat tulisan, sekarang bahkan berbicara langsung sambil bertatap muka
adalah hal yang biasa.
Munculnya Komunitas-Komunitas Online
Seiring dengan
berjalannya waktu, Media Sosial tidak lagi digunakan hanya untuk berkomunikasi
dengan teman dan keluarga, tapi juga dengan orang-orang asing yang memiliki
minat sama atau bahkan mungkin tidak sengaja bertemu di dunia maya. Orang-orang
yang memiliki kesamaan minat ini lama kelamaan membentuk sebuah komunitas dunia
maya. Ada orang-orang yang menyukai genre musik A, ada mereka yang menyukai
film B, ada orang-orang pecinta budaya negara C, ada orang-orang dengan
pekerjaan D, ada orang-orang asal kota E yang sedang tinggal di tempat F dan
masih banyak lagi. Dengan dunia maya, orang-orang ini akhirnya bertemu. Dan
timbul lah suatu ikatan di antara mereka yang mungkin tidak mereka temui di
dunia nyata. Misalnya karena tidak ada teman sehobi yang bisa diajak bicara
panjang lebar tentang suatu kesukaan. Maka di dunia maya inilah mereka mereka
menemukan teman-teman dengan kesukaan yang sama.
Salah satu
komunitas online yang berkembang cukup pesat di Indonesia adalah mereka yang
menyukai berbagai budaya modern Jepang seperti film, lagu, komik dan hal-hal
lain yang erat kaitannya dengan Jepang. Komunitas ini semakin lama berkembang
semakin besar dan semakin banyak dengan spesialisasinya masing-masing. Salah
satu contohnya adalah komunitas Utaite Indonesia yaitu orang-orang Indonesia
yang senang menyanyi lagu-lagu Jepang dan mengunggahnya ke internet. Juga
komunitas Illustrator Indonesia yang berkiblat pada gaya gambar dari Jepang.
Biasanya, orang-orang ini memulai hobinya karena mereka senang menonton anime, membaca manga, mendengarkan musik-musik Jepang dan bermain game-game
Jepang. Begitu sukanya mereka melakukan hal-hal ini, mulai timbul keinginan
untuk menyalurkan kecintaan mereka ini ke dalam suatu bentuk karya.
Fenomena Pembuatan dan Penggunaan Original Character
Original
Character atau biasa disingkat OC adalah tokoh fiktif yang dibuat oleh
seseorang dengan berbagai maksud dan tujuan. Ada yang membuat OC dengan tujuan
sebagai tokoh cerita atau komiknya, namun ada juga yang hanya sekedar
menggunakan OC ini sebagai personanya. OC yang dibuat sebagai persona inilah
yang kemudian dibuat sedemikian rupa sesuai keinginan.
Awalnya OC
muncul hanya untuk digunakan dalam cerita ataupun komik. Namun lama-kelamaan orang-orang
mulai menggunakan OC sebagai sebuah bentuk persona sesuai dengan keinginan
mereka.
Ada banyak
faktor yang mendorong kemunculan OC ini sebagai persona. Salah satunya adalah
karena ada orang-orang yang merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri
apabila menggunakan foto aslinya. Ada pula yang memang sengaja ingin
menyembunyikan identitasnya. Karena “ada resiko yang dapat muncul dari
pembukaan kepada orang yang salah, membuka diri pada saat yang tidak tepat,
mengatakan terlalu banyak tentang diri kitaatau berkompromi dengan orang lain.”
(Richard West, Lynn H.Turner: 2008) Namun ada juga yang tidak keberatan
menunjukkan wujud aslinya dan menggunakan OC hanya karena ia menyukainya.
Kaitan Antara Karakteristik OC dan Kepribadian Asli
Pembuat Sekaligus Penggunanya
Pembuatan dan
penggunaan OC sebagai sarana komunikasi mempunyai beberapa hal yang menarik
untuk diperhatikan mengenai kaitan antara OC dan pembuatnya.
Dalam menciptkan
sebuah OC, pasti ada suatu hasrat yang ingin dipenuhi dan sebuah keinginan yang
ingin diwujudkan meskipun hanya berupa gambar. Dalam membuat OC, pasti
seseorang membuatnya seindah dan sekeren mungkin. Ciri-ciri fisik suatu OC
tidaklah harus realistis. Apapun sah dalam pembuatan sebuah OC. Entah itu
berupa warna rambut ataupun warna mata yang berwarna-warni, ciri-ciri fisik
yang mungkin separuh hewan seperti mempunyai telinga dan ekor binatang ataupun
bahkan mengganti jenis kelamin OC berlawanan dengan jenis kelamin pembuatnya.
OC adalah bentuk pencarian kepuasan. Apapun yang diinginkan sang pembuat, baik
yan dapat terpenuhi maupun yang tidak dapat ia penuhi bisa ia tuangkan dalam
bentuk OC.
Bukan hanya dari
bentuk fisik namun juga dari sifat dan tingkah laku. Dengan menggunakan OC,
seseorang yang pendiam di dunia nyata bisa menjadi seseorang yang ceria dan
ramai di dunia maya. Atau mungkin sebaliknya, seseorang yang lelah dicap
sebagai anak yang cerewet bisa menjadi seseorang yang “cool” di dunia maya.
Pengaruh OC dalam Komunikasi Mereka di Media Sosial
Lalu seberapa
besarkah peran OC ini dalam komunikasi mereka di media sosial? Tentu saja
sangat besar. Banyak orang yang jadi jauh lebih percaya diri untuk
berkomunikasi karena merasa terlindungi oleh OC miliknya. Banyak pula yang
memulai percakapan ataupun komunikasi lainnya karena tertarik dengan OC ini.
Percakapan bisa dimulai dengan mudah hanya dengan mengomentari OC orang lain.
OC ini juga bisa mereka buatkan cerita, yang sekali lagi, benar-benar sesuai
keinginan tanpa perlu sesuai dengan realita ataupun logika. Tidak perlu ada
rasa takut dihakimi karena kurang tampan ataupun kurang kaya ataupun kekurangan
lainnya, karena OC bisa diatur sesuai keinginan. Bahkan OC juga bisa diubah
setiap saat apabila seseorang sudah merasa bosan dengan OC miliknya. Bahkan ada
banyak yang memiliki lebih dari satu OC untuk digunakan.
Meskipun begitu,
sisi negatif dari pemakaian OC ini tentu saja, apabila seseorang terlalu
tergantung pada OC dan berakhir menjadi sesuatu yang bukan dirinya, namun
memaksakan diri menjadi “sempurna”, maka ini akan berakibat buruk. Seseorang
tidak akan dapat berkembang dan akan terus berlindung di balik keamanan
bayang-bayang OC.
Kesimpulan
Orang
menciptakan dan menggunakan OC sebagai bentuk pemuasan diri dan pembangunan
jati diri ideal yang sesuai dengan keinginannya. OC seseorang tidak harus
mencerminkan bagaimana orang itu sebenarnya, namun OC akan mencerminkan
keinginan dan model ideal seseorang. Hal ini berdampak pada meningkatnya
kepercayaan diri dalam berkomunikasi karena merasa terlindungi. Namun apabila
seseorang terlalu tergantung pada OC dan akhirnya bukannya berkembang, malah
terjebak selamanya dalam ilusi OC miliknya.
Saran
OC bisa
digunakan untuk memulai komunikasi dan menambah kepercayaan diri, namun pada
akhirnya seseorang harus berani keluar dan menunjukkan dirinya yang
sesungguhnya. Tanpa harus menjadi sempurna seperti OC miliknya.
Daftar Rujukan
Kaplan,
Andreas.; Michael Haenlein. 2010. Users
of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business
Horizons 53(1): 59-68
Werner,
Severin J.; Tandkard, James W. 2011. Teori
Komunikasi Edisi 5. Prenada Media Group.
West.
Richard , Lynn H.Turner. 2008. Pengantar
Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Buku 2) (Edisi 3) Jakarta: Salemba
Humanika
Labels: Communication, Community, Internet, Japanese, Original Character, Paper, People, Social Media, Society